Ditulis oleh: Ditulis pada: Sunday, October 28, 2018
Tujuan diselengggarakannya gerakan literasi sekolah yang pertama adalah menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran berbudaya literasi dan yang keduan adalah membentuk warga sekolah yang literat dalam hal baca tulis, numerasi, sains, digitasl, finansial, budaya dan kewargaan. Sasaran yang dituju dari gerakan literasi sekolah adalah ekosistem sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah.GLS merupakan suatu kegiatan yang bersifat partisipatif dengan melibatkan warga sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, Komite Sekolah, orang tua/wali murid peserta didik), akademisi, penerbit, media massa, masyarakat dan/atau tokoh masyarakat yang dapat merepresentasikan keteladanan, dunia usaha, dan pemangku kepentingan di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Baca juga:
1. Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Membaca untuk Kesenangan
GLS merupakan gerakan sosial dengan dukungan kolaboratif dariberbagai elemen. Salah satunya yang ditempuh untuk mewujudkan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat adalah pembiasaan membaca peserta didik. Pembiasaan ini bisa dilakukan dengan cara melaksanakan kegiatan 15 menit membaca (guru membacakan buku dan/atau siswa dan guru membaca dalam hati, yang disesuaikan dengan konteks atau target sekolah)
Literasi tidak hanya sekedar membaca dan menulis saja, akan tetapi mencakup keterampilan berpikir dengan menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital, dan auditori. Di abad ke-21 seperti sekarang, kemampuan ini disebut sebagai literasi informasi.
Berikut ini merupakan pihak yang berperan aktif dalam pelaksanaan komponen literasi:
KOMPONEN LITERASI | PIHAK YANG BERPERAN AKTIF |
Usia dini | Orang tua dan keluarga, guru dan/atau PAUD, pamong dan/atau pengasuh |
Permulaan | Pendidikan formal serta keluarga |
Perpustakaan | Pendidikan formal |
Teknologi | Pendidikan formal serta keluarga |
Media | Pendidikan formal, keluarga dan lingkungan sosial (tetangga/masyarakat sekitar) |
Visual | Pendidikan formal, keluarga serta lingkungan sosial (tetangga dan/atau masyarakat sekitar) |
Dengan literasi yang komprehensif dan saling terkait, seseorang mampu untuk berkontribusi kepada masyarakatnya sesuai dengan kompetensi dan perannya sebagai warga negara global (global citizen).
Peran aktif dari para pemangku kepentingan juga, seperti kepala sekolah, guru sebagai pendidik, tenaga kependidikan, dan pustakawan sangat berpengaruh untuk memfasilitasi pengembangan komponen literasi peserta didik. Agar lingkungan literasi dapat tercipta dengan baik, diperlukan perubahan paradigma semua pemangku kepentingan.
Selain dari pada itu, diperlukan juga pendekatan cara belajar mengajar yang mengembangkan komponen-komponen literasi ini. Kesempatan peserta didik terpajang dengan kelima komponen literasi akan menentukan kesiapan peserta didik berinteraksi dengan literasi visual.
Dengan mengacu kepada metode pembelajaran Kurikulum 2013 yang menempatkan peserta didik sebagai subjek pembelajaran dan guru sebagai fasilitator, kegiatan literasi tidak lagi berfokus pada peserta didik semata. Guru, selain sebagai fasilitator, juga menjadi subjek pembelajaran. Akses yang luas dari sumber informasi, baik di dunia nyata maupun dunia maya dapat menjadikan peserta didik lebih tahu daripada guru. Oleh sebab itu, kegiatan peserta didik dalam berliterasi semestinya tidak lepas dari kontribusi guru, Guru sebaiknya berupaya menjadi fasilitator yang berkualitas. Guru dan para pemangku kebijakan disekolah merupakan figur teladan literasi di sekolah.