Ditulis oleh: Ditulis pada: Thursday, March 21, 2019
Berikut ini merupakan manual GLS dengan tema Mengembangkan Jaringan dan Kolaborasi Literasi yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, ditulis oleh Billy Antoro, penyunting Pangesti Wiedarti, Penelaah Dewi Utama dan Desain sampul dan isi oleh Yippiy Project.
Buku manual GLS Mengembangkan Jaringan dan Kolaborasi Literasi pertama kali dicetak pada tanggal 01 Oktober 2018. Dalam seri manual ini bebas untuk dikaji, diperbanyak, dan diterjemahkan baik sebagian maupun keseluruhannya. Namun seri manual ini tidak untuk diperjual belikan maupun digunakan untuk tujuan yang bersifat komersil.
Berikut ini merupakan penggalan dari isi yang terkandung dalam manual GLS Mengembangkan Jaringan dan Kolaborasi Literasi seperti:
A. KELAS INSPIRASI
Program ini berupa kegiatan mengundang orang-orang di luar sekolah yang dipandang dapat memberikan informasi, motivasi, dan keterampilan baru seputar dunia literasi. Mereka dihadirkan sebagai narasumber karena profesi, kepakaran, atau pengalamannya.
Acara dilaksanakan di aula sekolah yang dapat menampung banyak orang. Jika tidak ada aula, dapat menggunakan lapangan upacara yang diberi tenda demi kenyamanan.
Tujuan
- Menjadi sarana bagi warga sekolah untuk mendapatkan informasi, motivasi, atau keterampilan baru langsung dari orang-orang yang menekuni dan mendalami literasi.
- Menjalin relasi antara sekolah dan individu (narasumber) agar terbuka peluang kerja sama bagi pengembangan gerakan literasi selanjutnya di sekolah.
Individu yang dapat menjadi narasumber, antara lain:
- kalangan profesional, seperti direktur penerbitan, seniman patung, dan sastrawan;
- akademisi yang mendalami atau telah melakukan penelitian tentang literasi;
- penggiat literasi yang menjalankan program literasi melalui lembaga yang didirikannya;
- pelaku perbukuan seperti penulis, editor, dan illustrator;
- tokoh masyarakat yang bergelut di dunia literasi; dan
- pejabat pemerintah yang tengah menjalankan program literasi.
Agar lebih meriah, pelaksanaan Kelas Inspirasi diselingi dengan pementasan seni dari siswa, guru, atau orang tua siswa. Pementasan seni, antara lain:
- pembacaan puisi;
- musikalisasi puisi;
- pembacaan cerpen;
- membacakan nyaring (read aloud);
- drama; dan stand up comedy.
Pelaksanaan Kelas Inspirasi diagendakan secara berkala, yaitu bulanan, dua bulanan, atau tiga bulanan, tergantung kemampuan sekolah. Selain kegiatan yang terjadwal, Kelas Inspirasi juga dapat dilaksanakan secara insidental, misalnya ada narasumber penting yang sedang berkunjung ke sekolah atau daerah tempat sekolah berada. Hal-hal yang perlu direncanakan, sebagai berikut:
- mendaftar narasumber yang relevan;
- menjadwalkan narasumber terpilih; dan
- menyusun kepanitiaan.
Pelaksanaan
Kelas Inspirasi diselenggarakan selama satu hari dengan durasi 1-3 jam. Agar semua warga sekolah bisa hadir, diperlukan waktu khusus seperti usai pulang sekolah, sebelum jam pelajaran di mulai, atau pada hari libur. Diupayakan pelaksanaan acara tidak mengganggu waktu belajar siswa.
Berikut ini beberapa hal yang perlu dilakukan panitia untuk menyelenggarakan Kelas Inspirasi:
- menghubungi narasumber;
- menyiapkan ruangan;
- menyusun acara dan mendaftar siapa saja yang bersedia melakukan pentas seni;
- mempublikasikan acara dalam bentuk poster dan disebar di mading sekolah;
- membuat dan mengirimkan siaran pers kepada redaksi media massa lokal dan nasional, dan sekolah juga membuka diri untuk diliput oleh wartawan;
- mendokumentasikan acara dengan foto dan video (tergantung kemampuan sekolah); dan
- menyiarkan acara secara langsung (live streaming) melalui akun media sosial seperti Instagram, Facebook, dan Youtube agar bisa diikuti secara lebih luas oleh masyarakat (tergantung kemampuan sekolah).
Penanaman nilai-nilai dan peningkatan kemampuan literasi dapat dilakukan melalui perayaan literasi dalam bentuk festival. Festival Literasi diselenggarakan sebagai apresiasi terhadap siswa yang memiliki potensi, bakat, dan ketertarikan terhadap beragam bentuk karya literasi. Acara ini juga memfasilitasi warga masyarakat untuk turut menyemarakkan Festival Literasi, baik dalam bentuk pementasan maupun partisipasi kegiatan pendukung.
Tujuan
Mengapresiasi potensi dan bakat siswa di bidang literasi; memberi wadah unjuk kemampuan literasi dalam bentuk lomba, pementasan, dan pameran; dan memberi ruang kolaborasi antara sekolah dan warga masyarakat dalam merayakan literasi.
Sasaran
- Warga sekolah seperti siswa, guru, kepala sekolah, pustakawan, dan pengawas;
- Warga yang tinggal di sekitar sekolah Penggiat literasi;
- Pelaku perbukuan seperti penulis, ilustrator, editor, dan penerbit;
- Sastrawan lokal;
- Budayawan;
- Tokoh masyarakat dan Akademisi.
Festival Literasi diselenggarakan dalam beragam bentuk seperti lomba, pelatihan, pameran, dan seminar. Festival dilaksanakan pada menjelang atau saat liburan semester agar tidak mengganggu kegiatan belajar-mengajar. Festival Literasi digelar dalam bentuk:
- Pentas Seni (pembacaan puisi, musikalisasi puisi, pembacaan cerpen, drama, operet, dll);
- Lomba Literasi, antara lain lomba cipta dan baca puisi, gambar bercerita, dan sudut baca kelas, dan juri berasal dari sastrawan, praktisi, atau akademisi;
- pelatihan menulis cerpen, esai, atau karya ilmiah dengan narasumber berasal dari penulis produktif, jurnalis, atau akademisi.
- Pameran Karya Literasi, dapat berupa produk kriya, buku, atau bentuk lain yang ditampilkan di stan;
- Seminar Bertema Literasi dengan narasumber berasal dari praktisi dan akademisi;
- Peluncuran Buku (cetak/buku elektronik) yang ditulis siswa, guru, atau warga masyarakat;
- Pemutaran Film Bertema Literasi dengan sesi diskusi setelah pemutaran film;
- Penghargaan Literasi oleh sekolah kepada siswa yang dalam jangka waktu tertentu berprestasi dalam bidang literasi, misalnya menerbitkan buku, karya tulis dimuat di media massa, atau paling banyak membaca buku; dan
- Bazar Buku, yaitu sekolah menawarkan penerbit untuk menggelar bazar buku.
Persiapan Festival Literasi dilakukan 2-3 bulan sebelum waktu pelaksanaan agar persiapan benar-benar matang. TLS membentuk kepanitiaan yang melibatkan guru, siswa, tenaga kependidikan, dan orang tua melalui Komite Sekolah. Jika belum ada TLS, Kepala Sekolah melakukan tugas tersebut. Kepanitiaan terdiri atas Ketua, Sekretaris, Bendahara, Seksi Acara, Seksi Perlengkapan, Seksi Humas, dan seksi lain yang diperlukan. Panitia juga dapat membuka rekrutmen tim relawan yang berasal dari unsur siswa, guru, orang tua, dan warga masyarakat.
Festival Literasi merupakan acara kolaboratif antara sekolah dan pemangku literasi di luar sekolah. Oleh sebab itu, diupayakan pihak di luar sekolah dilibatkan dalam berbagai acara seperti sebagai narasumber, instruktur pelatihan, maupun pengisi stan. Warga masyarakat juga dipersilakan untuk mengikuti semua sesi acara.
Sekolah juga perlu berkoordinasi dengan dinas pendidikan setempat untuk mendapatkan saran dan masukan terkait pelaksanaan acara. Dinas pendidikan juga dapat memberi bantuan seperti alokasi dana, koordinasi dengan Unit Pelaksana Teknis Daerah yang terlibat dalam kegiatan, publikasi acara, dan fasilitasi dunia usaha dan dunia industri untuk mendukung Festival Literasi.
Pelaksanaan
Festival Literasi diselenggarakan selama 3 – 5 hari. Seluruh kawasan sekolah dapat digunakan sebagai area festival seperti lapangan upacara, koridor kelas, dan aula. Beberapa hal yang perlu dilakukan panitia dalam penyelenggaraan Festival Literasi, sebagai berikut:
- memastikan panitia bekerja sesuai dengan tugas;
- memastikan narasumber/pengisi acara bersedia berpartisipasi sesuai waktu yang telah ditentukan;
- menyiapkan lokasi acara;
- mempublikasikan acara dalam bentuk poster dan disebar di mading sekolah dan media sosial;
- membuat dan mengirimkan siaran pers kepada redaksi media massa lokal dan nasional. Sekolah juga membuka diri untuk diliput oleh wartawan;
- mendokumentasikan acara dengan foto dan video (tergantung kemampuan sekolah); dan menyiarkan acara secara langsung (live streaming) melalui akun media sosial seperti Instagram, Facebook, dan Youtube agar bisa diikuti secara lebih luas oleh masyarakat (tergantung kemampuan sekolah).
Menurut Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud (2018), Indonesia dihuni oleh 1.340 suku bangsa dengan 652 bahasa daerah. Dengan demikian, Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan budaya yang sangat besar. Masing-masing budaya memiliki nilai-nilai luhur dan kearifan lokal yang dapat membentuk karakter dan kepribadian bangsa. Menggali, mengenalkan, dan menerapkan nilai-nilai budaya bangsa di sekolah menjadi agenda signifikan dalam rangka membentuk jiwa nasionalisme di kalangan siswa.
Sekolah dapat melaksanakan Hari Budaya dengan menetapkan satu budaya tertentu untuk diimplementasikan di sekolah dalam satu periode tertentu pula, misalnya per semester atau per tahun. Dalam prosesnya, siswa dikenalkan dan dimotivasi untuk mengeksplorasi secara lebih dekat unsur-unsur budaya sebuah daerah, sehingga diharapkan muncul kecintaan mereka kepada budaya bangsa. Unsur-unsur budaya tersebut antara lain pakaian, makanan, dan bahasa.
Tujuan
- Mengenalkan budaya daerah kepada siswa agar tumbuh kecintaan kepada budaya nusantara.
- Memberi perspektif baru kepada siswa sehingga muncul rasa penghargaan terhadap perbedaan budaMenanamkan nilai-nilai luhur dan kearifan lokal yang terkandung dalam budaya suatu daerah.
- Warga sekolah
- Budayawan
- Seniman
- Sejarawan
Hari Budaya digelar sepanjang tahun. Budaya suatu daerah yang diangkat diganti tiap jelang akhir semester atau tiap tahun. Hari Budaya diselenggarakan dalam bentuk festival, lomba, pameran, pelatihan, dan kunjungan ke suatu daerah.
Berikut ini beberapa acara yang dapat dilakukan:
- mengenakan busana adat suatu daerah satu hari tiap minggu;
- mengadakan lomba menulis cerita pendek, puisi, atau gambar bercerita tentang suatu daerah;
- mengadakan acara pelatihan membuat kriya, kuliner, atau permainan suatu daerah;
- mengadakan acara bedah buku dan pameran kesenian suatu daerah;
- membuka satu stan berisi berbagai informasi suatu daerah disertai alat peraga (pakaian adat, senjata, rumah ada mini, dll), dan stan didesain menarik serta didirikan di tempat yang mudah dijangkau baik oleh warga sekolah maupun orang tua siswa;
- pemutaran film yang mengangkat budaya suatu daerah;
- pawai budaya; dan
- kunjungan ke suatu daerah (desa).
Kepala Sekolah mengadakan rapat untuk merencanakan dan merumuskan konsep Hari Budaya. Ia dapat mengundang guru, siswa, dan orang tua untuk urun pendapat. Kepanitiaan kemudian dibentuk dengan melibatkan unsur guru, siswa, tenaga kependidikan, dan orang tua. Kepanitiaan terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara, Seksi Acara, Seksi Perlengkapan, Seksi Humas, dan seksi lain yang dibutuhkan. Panitia juga dapat membuka rekrutmen tim relawan yang berasal dari siswa dan warga masyarakat.
Pelaksanaan
Agar tidak monoton dan terasa membosankan, panitia mengoptimalkan inovasi dan kreativitas dalam membangun konsep acara. Menghadirkan sebuah entitas budaya secara utuh bukan pekerjaan mudah, karenanya dapat dilakukan dengan kolaborasi semua unsur. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan panitia agar acara berlangsung meriah sebagai berikut.
- Meminta masukan kepada siswa tentang berbagai program yang dijalankan sebab pada dasarnya mereka lebih tahu apa yang diinginkan dan disukai teman-temannya. Libatkan siswa dalam berbagai rapat kepanitiaan.
- Beri siswa tanggung jawab menjalankan sejumlah program. Guru dapat menjadi fasilitator dan pengawas kegiatan.
- Dorong dan beri kesempatan siswa untuk berkontribusi dalam menghadirkan acara yang menarik.
- Perbarui informasi aktual mengenai budaya yang dibahas sehingga acara berjalan relevan dan menarik diikuti.
- Publikasikan acara dalam bentuk poster dan disebar di mading sekolah dan media sosial.
- Buat dan kirimkan siaran pers kepada redaksi media massa lokal dan nasional. Sekolah juga membuka diri untuk diliput oleh wartawan.
- Dokumentasikan acara dengan foto dan video (tergantung kemampuan sekolah).
- Siarkan acara secara langsung (live streaming) melalui akun media sosial seperti Instagram, Facebook, dan Youtube agar bisa diikuti secara lebih luas oleh masyarakat (tergantung kemampuan sekolah).